Seperti kita ketahui, jual beli rumah termasuk bisnis yg mahal. Modal yang dibutuhkan dalam penjualan rumah cukup besar. Biaya besar antara lain digunakan untuk pembebasan lahan, pembangunan unit rumah, infrastruktur, pajak, biaya marketing dan lain-lain.
Untuk penjualan rumah konvensional non syariah, pembiayaan-pembiayaan tersebut sebagian dibantu oleh bank. Pihak pembeli rumah, bisanya mengajukan KPR ke bank, dan jika disetujui maka bank bisa langsung membayar penuh unit rumahnya ke developer. Sehingga bisa dikatakan pembiayaan rumah dibiayai pihak bank.
Berbeda dengan penjualan rumah syariah. Sistem bisnis rumah syariah tidak ada riba, tidak ada sita, tidak ada denda dan tidak ada perjanjian zholim lainnya.
Dan jika dipakai pembiayaan bank maka akan sulit menghindari riba, menghindari denda atau sita, sehingga pembiayaan bank bukan pilihan. Oleh sebab itu dalam bisnis rumah syariah, pembiayaan sepenuhnya dikelola oleh developer atau investor saja tanpa keterlibatan bank.
Sehingga developer harus mampu mengatur cashflow keuangan dari waktu ke waktu sampai proyek berakhir. Mengatur uang masuk (dari penjualan unit, pembayaran DP atau cicilan) dan juga mengatur uang keluar (biaya-biaya). Dengan skema syariah, pembiayaan diselenggarakan langsung oleh developer. Pihak pembeli rumah syariah berakad dan membayar langsung kepada developer, baik secara cash maupun secara cicil ke developer. Jadi uang masuk tidak sekaligus tapi sedikit-sedikit sesuai jangka waktu (tenor). Padahal bisa saja biaya yang sudah keluar nilainya besar.
Untuk itu, demi mensiasati supaya cashflow keuangannya baik, maka dalam penjualan rumah syariah umunya meminta DP dengan nilai lebih besar daripada property konvensional. Nilainya biasanya 20%, 30% atau bahkan 50%. Sedangkan di property konvensional non syariah mereka bisa meminta uang DP hanya sekitar 10% (karena ada pihak yang membiayai yaitu bank).
Kesimpulannya pada property syariah memang umumnya syarat DP nya besar. Tetapi itu bukan sebagai keharusan, karena ada juga developer property syariah yang meminta DP kecil atau bahkan 0%. Tentu dengan berbagai kondisi san persyaratan.
Tapi kalau anda konsumen, perlu diingat juga bahwa tidak selamanya DP kecil itu meringankan konsumen. Karena dengan DP kecil, itu bisa berarti hutang atau pembayaran cicilannya menjadi lebih besar. Jadi adakalanya untuk jangka panjang, sebenarnya DP besar itu memudahkan konsumen. Karena bayar cicilannya menjadi lebih kecil.